Ibunya Bebal anaknya ingin menjadi Furry, Review film Turning red

Sabtu, 19 Maret 2022, 19:19 - 4 Menit, 48 Detik Membaca

Ibunya Bebal anaknya ingin menjadi Furry, Review film Turning red

Ulasan oleh Farell Fadillah Nouvaliano

Turning Red adalah sebuah film animasi garapan Disney Pixar yang dirilis pada 11 Maret 2022 lewat Disney+ Hotstar. Film animasi ini disutradari oleh Domee Shi yang sebelumnya pernah menyutradari film pendek Disney Pixar yaitu Bao (yang dirilis bersama dengan Incredibles 2) pada 2018.

Turning Red turut menghadirkan Billie Ellish dan Finneas O’Connell sebagai pengisi soundtrack-nya dengan judul ‘Nobody Like U’. Versi Jepangnya juga dirilis dengan menampilkan boyband Jepang Da-ICE.

Turning Red menjadi film ketiga Disney Pixar yang dirilis lewat Disney+ Hotstar setelah Luca (2021) dan Soul (2020). Kemajuan teknologi dan juga dampak pandemi COVID-19 mungkin menjadi alasan film ini dirilis secara straight-to-OTT, layaknya film-film animasi Disney+ lainnya dan juga film animasi Netflix.

Mirip seperti film-film Disney sebelumnya

Menurut saya Turning Red memiliki kemiripan tema, alur, tokoh dan watak seperti beberapa film animasi Disney lainnya seperti Encanto (2021) dan Soul (2020). Baik Encanto maupun Turning Red sama-sama menghadirkan ritual dan peribadatan tertentu. Bedanya, jika di Encanto yang diberikan kekuatan super dan keajaiban adalah sebuah rumah, maka di Turning Red, yang diberikan adalah seorang gadis bernama Mei Lin Lee atau Mei Mei yang memiliki kelebihan menarik yaitu bisa menjadi seekor panda blasteran kucing-beruang apabila emosinya gembira. Begitu juga dengan Soul yang sebelumnya juga menghadirkan musisi yang masuk ke alam Jiwa namun tertukar dengan 22 yang seharusnya masuk ke seekor kucing malah ‘nyasar’ ke manusia.

Animasinya Downgrade(?)

Turning Red termasuk film animasi yang menggagas konsep Furry dimana menghadirkan makhluk berbulu yaitu seekor Panda blasteran Kucing Beruang. Konsep ini memang sudah banyak diterapkan di beberapa film Disney Pixar, namun untuk film yang satu ini, menurut saya animasinya memang terlihat sangat kaku dan terlalu mengikuti tren. Turning Red seperti mengingatkan kita pada Star vs the Forces of Evil yang juga sama-sama dari Disney, atau juga Steven Universe dari Cartoon Network, terlihat dari konsep animasi gigi-nya yang khas. Meski begitu, Turning Red masih tetap menyuguhkan gaya animasi yang khas dengan citra Pixar, terlebih masih mempertahankan CGI-nya yang khas seperti film animasi Pixar sebelumnya.

Latar dan Waktu yang ‘Jadul

Turning Red mengisahkan kejadian di tahun 2002, ketika kala itu industri permusikan tengah diwarnai oleh sejumlah ‘boyband’ sekelas Westlife, Backstreet Boys dan Nsync. Bertempat di Toronto, Kanada, tinggal seorang gadis berumur 13 tahun blasteran Cina-Kanada bernama Mei Lin Lee, dimana ia tinggal di sebuah rumah yang juga memiliki kuil yang biasa digunakan keluarganya untuk tempat ibadah dan ritual keagamaan.

Meskipun mengambil latar tahun 2002, beberapa teknologi jadul bisa kita temukan disini, mulai dari ponsel jadul ala Nokia, permainan konsol Tamagotchi, hingga radio yang masih menggunakan garis sebagai pengatur frekuensinya. Bahkan, teknologi 90-an juga masih bisa ditemukan di film ini.

Sifat Mei Mei yang Ambisius(?)

Mei Mei digambarkan dalam film ini sebagai seorang yang ambisius dan gembira setiap saat. Ia sangat mengidolakan sebuah boyband bernama 4-town dimana populer di SMP-nya tersebut. Mei Mei memiliki tiga sahabatnya bernama Miriam (gadis blasteran Kanada), Priya (gadis blasteran India) dan Abby (gadis blasteran Korea) dan mereka bertiga hampir setiap hari ‘hangout’ dengan Mei Mei.

Keinginan terbesar Mei Mei adalah bertemu dengan idolanya 4-town dan ingin menonton konsernya. Oleh karena itu ia bersama dengan Miriam, Priya dan Abby ingin menghasilkan dan mengumpulkan uang untuk menonton konser tersebut.

Keadaan mengubah Mei Mei secara total ketika dirinya menjadi seekor Panda dan disebabkan karena leluhur yang mewariskan kekuatan Panda hingga ke generasi berikutnya dan Mei Mei termasuk yang beruntung karena mendapatkan keahlian Panda itu terlalu dini. Untuk mengubahnya kembali menjadi normal, yang harus dilakukan adalah melakukan ritual ‘lingkaran’ pada saat gerhana bulan terjadi. Namun, Mei Mei malah memamerkan kekuatan ‘panda’-nya itu di sekolah dan bahkan ingin memamerkannya ke konser 4-town yang mendapat larangan keras dari sang ibunda bernama Ibu Ming.

Konflik yang Menarik

Segala macam konflik di film Turning Red dibuat secara simetris dan masuk akal. Misalnya kemunculan kekuatan Panda di usia 13 yang mengkhawatirkan Ibu Ming dan Ayah Jin, begitu juga neneknya yang bernama Nyonya Wu yang sudah terlebih dahulu menyaksikan keistimewaan kekuatan Panda ini di generasi terdahulu sebelum Mei Mei lahir. Oleh karena itu ia harus menahan kekuatan Panda ini hingga gerhana bulan tiba dan ia harus mengendalikan emosinya agar tidak menjadi seekor Panda bahkan di tempat umum sekalipun. Belum lagi hal yang mengejutkan ketika di pesta Tyler, Priya salah menyebutkan tanggal konser 4-town yang seharusnya 25 Mei menjadi 18 Mei karena 18 Mei adalah konser di Toledo bukan Toronto, dan itu bertepatan dengan gerhana bulan yang berdampak pada hari ritual Mei Mei untuk membuat dirinya menjadi normal. Sebuah kebetulan ini kemudian membuat murka Ibu Ming dan ia berubah menjadi seekor Panda Raksasa dan menghancurkan konser 4-town yang tengah berlangsung di tanggal tersebut.

Solusi dari konflik ini adalah menyadarkan Ibu Ming dari rasuk Panda Raksasa tersebut dengan melakukan Ritualnya yang hanya bisa dilakukan selama Gerhana Bulan berlangsung, dengan membentuk lingkaran dan menyanyikan sebuah ‘mantra’ untuk masuk ke alam Bambu dimana sebuah portal akan melepaskan ikatan Panda itu menjadi manusia normal. Namun, ketika sekeluarga memilih untuk menjadi normal, Mei Mei akhirnya memutuskan untuk menjadi Panda tapi dalam rangka untuk menjadi Panda yang bermanfaat bagi orang lain, dengan membangun kembali panggung SkyDome yang rusak.

Nuansa Western, K-Pop dan Cina bergabung

Turning Red menjadi film yang memadukan prinsip Western, K-Pop dan Cina menjadi satu genre yang berkesinambungan. Terlebih 4-town juga merupakan grup boyband lintas negara, dimana Aaron Z dari Kanada dan Tae-yong dari Korea.

Dengan demikian, pada skala 1 sampai 10, saya pantas mengatakan bahwa Turning Red mendapatkan peringkat 8,5 dari segi cerita, 7,1 dari segi animasi, dan 9,3 dari segi desain tokoh. Oh ya, tak lupa juga dengan dubbing Indonesia-nya yang 8,8. Bagaimana dengan Anda?.

Sejumlah Dubber yang yang mengisi sura film animasi ini seperti Mei-Mei di dubbing oleh andhiya putrikadita saridiningrat (photo) dia sebelumnya juga mengisi suara di drama korea all of us are dead. Film ini juga di dubbing di studio cipta suara pro.

View this post on Instagram

A post shared by Dina Amalina (@thegreatdina)

Miriam di isi suara oleh Dina Amalina

Abby di isi suara oleh Ichsanya Annisa

Tyler di isi suarakan oleh leni M tarra

Priya di isi suarakan oleh Lis Kurniasih

Ibunya Ming Lee di isi suarakan oleh Beatrix Renita.

Ayahnya Jin lee di isi suarakan oleh Nanang Niskala

dan Neneknya di isi suarakan oleh Tety Najib.

Artikel Terkait