Review My Grandfather’s Demon: film animasi eksperimental 2D CG dan Stop Motion pertama Portugal

Rabu, 21 Juni 2023, 3:13 - 3 Menit, 55 Detik Membaca

Review My Grandfather’s Demon: film animasi eksperimental 2D CG dan Stop Motion pertama Portugal

KUTUBUKUKARTUN-Europe on screen kembali di gelar ke 23 kalinya pada 16-25 Juni 2023, Acara festival film eropa . menghadirkan sejumlah film film hebat dari eropa yang tidak kalah hebat dari film hollywood manapun, kali ini portugis mendatangkan film animasi asalnya yang dirilis pada tahun 2022 berjudul My Grandfather’s Demon, Film yang disutradarai oleh Nuno Beato asal argentina dan diproduseri oleh Sardinha em Lata asal portugaal ini, mungkin menjadi film animasi eksperimental pertama terpanjang yang di hadirkan oleh negara asalnya dengan menggabungkan stop motion tanah liat dan 2D Cg untuk pertama kalinya . film yang sudah di putar pada Festival film annecy 2022 ini terpilih untuk di bawa ke indonesia dalam rangka festival film ini, lewat kerjasama distributor “Filmsharks’ dengan kedutaan portugal, yang di sambut positif oleh duta besar portugal untuk indonesia saat pemutaraan perdananya di Goethaus pada 17 Juni 2023 jam 12:00 siang lalu.


Film animasi ini menceritakan rosa, seorang anak yang tumbuh dewasa dalam masa bekerjanya sebagai pekerja kantoran papan atas, dirinya terus fokus untuk mendapatkan citra terbaik di perusahaan dan tidak lengah dalam hadangan maupun cobaan. tapi sejak, dirinya terlena sama kiriman surat dan barang barang masa lalu dari kakeknya dan kampungnya. dirinya mulai kehilangan fokus, ketika dia terpaksa untuk liburan dan mengunjungi rumah kakeknya sejak di kabarkan meninggal. rumah yang sudah terbengkalai lamanya ini tanpa sosok kakeknya membuatnya menjadi tantangan besar dan misteri yang terjawab dari masa lalu yang menimpa kakeknya yang mengapa membuat orang orang membenci dengannya dan mencoba untuk memperbaiki semuanya.


Film yang ditulis naskahnya dan screenplay oleh Possidónio Cachapa (“Adeus à Brísa”) dan Cristina Pinheiro (“Menina”) mungkin bukan film animasi yang bisa dinikmati oleh anak anak. sebab tidak semua film animasi harus mengikuti alur yang cepat seperti yang bisa kalian temukan untuk film animasi anak anak pada umumnya, film ini memiliki sentuhan yang sangat lambat dan fantasi yang bisa dipahami oleh orang dewasa. Suara yang di perankan oleh Nuno Lopes, Victoria Guerra, Celso Bugallo dan lainnya, bisa membuat kita menceritakan masa cerah dan masa gelap dari tiap karakter ketika dirinya menikmati indahnya dan sunyinya latar dan cerita film ini baik anak anak maupun orang dewasa.


Kisah dalam film ini memiliki alur yang lambat yang bisa bikin anda mengantuk walaupun berdurasi 1 jam 30 menit, sebab film ini bukan untuk sekedar have fun dalam perjalanan, tapi mengisahkan berbagai macam cerita dan emosional si rosa karakter yang punya banyak masa kecil yang belum dia selesaikan dalam kampungnya sendiri. misalnya fantasi yang dihadirkan dalam cerita membuat anak anak harus menjelaskan kepada orang tua mengapa kakeknya di gambarkan sebagai iblis, lalu mengapa mainan tanah liatnya bergerak , apakah itu semua bagian dari sihir yang menjelaskan kepada si rosa dan bagaimana mereka membantunya tanpa menunjukan sosoknya. itu semua bukan bagian dari fantasi dan itu semua hanyalah kebetulan yang terjadi padanya.


Animasi yang dihadirkan dalam film ini menjadi eksperimental yang bukan hanya untuk sekedar gaya gayaan tetapi juga menjadi tantangan sendiri dalam sutradara animasi untuk menunjukan seni tanpa batas dalam film ini. Misalnya dalam pembukaan film ini mirip seperti pembuka dalam seri animasi arcane, yaitu menampilkan patung dengan nuansa gelap dan di tambahnya efek garis ditigal 2D dengan tebal yang bersinar dan menampilkan alunan lagu syair berbahasa portugis yang membuat pembukaan animasi ini mengingatkan kita dengan campuran animasi tradisional dan modern yang mengikuti alur jaman. dan animasi yang membuat kita memukau adalah pergantian 3D menjadi stop motion ketika rosa sampai di tanah kampungnya di pucuk puncak yang sering di ajaknya oleh kakeknya, sebuah efek visualnya pun membuat kita terpana saat pergantian animasi ini dilakukan dan animasi stop motion tanah liat yang dilakukan dalam film ini masih butuh banyak pelajaran dan kaya dengan warna tekstur, juga lightning dalam fantasi yang di sajikan bukan sekedar untuk animasi anak anak biasa. Animasi 3D dalam pembukaan cerita ketika rosa bekerja di kantor membuat kita tercermin kembali alasan mengapa situasi kantornya digambarkan 3D karena 3D selalu identik dengan jaman sekarang seperti di tengah kota sedangkan stop motion di pedesaan karena lebih tradisional. dilansir oleh sutradara, figur iblis dalam sosok kakek yang membelenggu masa kelamnya terinspirasi oleh artist keramik ‘Rosa Ramalho’ yang figur tersebut dinamakan “caretos” yang sering dibuat selama masa musim dingin di utara portugal pada masa lalu.


“Salah satu tugas tersulit untuk tim akuisisi saya, yang dijalankan oleh Santiago Migdal, adalah menemukan permata animasi yang sebenarnya, tidak hanya secara estetis tetapi juga secara naratif di mana penggunaan teknik animasi yang berbeda membuat ceritanya terbang lebih tinggi,” ujar Rud.

“Itu adalah permata yang sulit untuk didapatkan karena banyak agen penjualan yang mengejarnya, tetapi kami akhirnya memenangkan penawaran ini dan kami sangat senang,” kata Migdal.

“My Grandfather’s Demons” diproduseri oleh Sardinha em Lata (Portugal), Caretos Film (Portugal), Midralgar (France) dan Basque Film (Spain). Mungkin adlah film animasi eksperimental tersulit pertama dari portugal dan mereka terbukti memenangkan dan berhasil membuat film ini bukan sekedar cerita bagus ataupun review yang jelek, tetapi bagaimana anda membuat film panjang dan mencari distributor film untuk memperluas agar film ini diakui dan di perlihatkan banyak orang dengan medium yang tidak biasa dan bukan sekedar genre.

Martini Tini

Martini Tini

Hanya orang yang masih betah sama yang dia buat dan suka

Artikel Terkait